Makalah - Hubungan Kemampuan Berbahasa dan Kemampuan Intelektual
Makalah berikut merupakan contoh makalah yang masih berhubungan dengan pendidikan anak usia dini dengan judul “Hubungan Kemampuan Berbahasa Anak dengan Kemampuan Intelektualnya”
PENDAHULUAN
Sebagaimana diketahui fungsi bahasa adalah selain sebagai alat untuk menyatakan diri (fungsi ekspresi), juga untuk menangkap pikiran dan perasaan orang lain (fungsi sosial). Fungsi-fungsi ini juga dimiliki oleh bahasa hewan. Selain itu, bahasa manusia juga memiliki fungsi yang sangat berbeda, yang hanya dimiliki oleh manusia sebagai species yang sangat spesifik, yaitu fungsi imajinasi (Darstellung- funktion), untuk mampu membayangkan sesuatu jauh sebelum atau sesudah waktu kini, di tempat yang berbeda pula. Imajinasi manusia ini adalah suatu aspek perkembangan yang sangat unik, yang menampilkan bentuk tertinggi dari perkembangan perilaku manusia.
Perkembangan bahasa memperlihatkan berbagai prinsip yang juga menjadi karakteristik dari aspek perkembangan yang lain, karena memperlihatkan aspek belajar pada satu pihak, dan aspek tumbuh pada pihak lain. la meliputi ketermunculan dari respons barn dan diferensiasi Berta penghalusan dari bentuk-bentuk lama, mencakup proses pembaharuan dan pemutakhiran. Perkembangan tersebut juga menunjukan adanya kemampuan menghubungkan kejadian tertentu dengan impuls untuk menyatakannya. Demikian kata pertama anak manusia adalah ditemukannya hubungan antara apa yang diamatinya dengan makna ucapan kata tersebut yang terkait, yang terjadi yaitu kurang lebih pada saat is dapat berdiri tegak. Temuan mampu berdiri tegak, serta ucapan kata pertama yang mengartikan sesuatu, adalah temuan (discovery) yang amat penting dalam hidup manusia. Dalam kaitan ini Mc Carthy (Jersild, 1976) menemukan adanya hubungan yang pararel antara perkembangan bahasa dan perkembangan motorik seseorang. Namun, perkembangan bahasa terutama pembicaraannya, juga sangat dipengaruhi oleh kehidupan emosinya. Seorang anak yang cepat berbicara adalah anak yang pada umumnya merasa dirinya aman dan anak cerdas. Meskipun itu tidak berarti bahwa kanak-kanak yang perkembangan bicaranya lamban adalah tidak cerdas.
PERKEMBANGAN BAHASA, KAITANNYA DENGAN PERKEMBANGAN INTELEKTUAL ANAK
Perkembangan Intelektual Anak
Perkembangan Intelektual anak yang biasa juga ditandai dengan perkembangan kognitif oleh Piaget ditandai dengan:
- masa sensorimotorik (0 – k.l.* 2 tahun)
- masa praoperasional (k.l. 2 – U. 7- tahun) masa operasional konkret (k.l. 7 – U. 12 tahun)
- masa formal operasional (k.l. 12 tahun ke atas)
- masa abstrak formal (k.l. 17 tahun ke atas)
k.1, berarti kurang lebih, karena setup anak memiliki kecepatan perkembangan berbeda, meskipun diakui bahwa secara universal pada umur U. tersebut terjadi perubahan kreativitas dalam taraf perkembangannya.
Dalam pembelajaran, ciri praoperasional yang harus diperhatikan sebagai berikut.
- Perkembangan tentang pengetahuan berkenaan dengan pengalaman yang dekat dengan dirinya dan gejala yang dapat diamatinya.
- Eksplorasi dan manipulasi dari objek konkret.
- Belajar 3R (reading, writing, arithmetic) dan beberapa keterampilan dasar lainnya.
Masa operasional dalam pembelajaran berkenaan dengan:
- Perkembangan kemampuan membedakan antara berbagai aspek penting dalam lingkungan.
- Koordinasi dari berbagai pengetahuan dalam operasi yang bersifat konkret.
- Pencapaian dari kemampuan berpikir sebab dan akibat.
Piaget dan Vigotsky
Piaget percaya bahwa perkembangan skema (scheme development). Scheme diartikan sebagai unit dasar kognisi (Piaget). Berbeda dari pandangan pada behaviors yang memiliki konsep serupa, yaitu respon atau habit, konsep scheme adalah murni kognitif dan menunjuk pada information processing yang aktif. Perkembangan skema adalah universal dalam urutannya, meskipun bervariasi sedikit dalam kecepatannya dan dapat memiliki berbagai bentuk (Ginsburg dan Opper, 1988, Good & Brophy, 1990). Perbedaan tersebut menurut Piaget, disebabkan oleh 4 faktor yaitu:
- Kematangan dari dalam (naturity)
- Pengalaman individual dalam lingkungan tertentu seseorang itu tumbuh dan juga mencakup stimulus tertentu yang secara kebetulan diperoleh seseorang.
- Transmisi sosial (sosialisasi melalui pendidikan sekolah maupun luar sekolah).
- Pengarahan diri secara internal dan pengaturan diri (internal self direction and regulation).
Prinsip ekuilibrium (equilibrium, keseimbangan) menunjukkan ekuilibrium (equilibrium kkan tekanan intrinsik yang aktif dan eksploratif dalam mengelola pengalamannya secara bermakna. Disequilibrium memungkinkan manusia menjadi tergerak mengatasi masalahnya, menyesuaikan diri pada tuntutan lingkungannya. Prinsip ekuilibrium bukan hanya digunakan untuk menjelaskan hubungan antara motivasi dan perilaku yang berkenaan dengan jangkauan waktu singkat. Namun, juga menunjuk pada hubungan antara motivasi dan perilaku berkenaan dengan jangka waktu panjang.
Namun, menurut Piaget semua pekembangan skema ini bersifat universal bagi seluruh umat manusia, sehingga implikasinya bagi pendidikan adalah bahwa kita tidak dapat mengajarkan sesuatu pada seseorang bila belum ada kesiapan (readiness) yang menunjuk pada kematangannya. Dengan demikian, maka semua pembelajaran dan masukan yang diperoleh seseorang harus cocok (match) dengan perkembangan skema seseorang. Disekuilibrium akan menjadikan seseorang tergerak untuk belajar.
Di sini Vigotsky memperbaiki pandangan ini dengan spa yang disebutnya zone of proximal development, yang secara bebas dapat diinterpretasikan sebagai menunjuk pada daerah tahap perkembangan yang lebih tinggi yang peka untuk belajar sesuatu secara relatif mudah, kalau ada bantuan khusus dan pembelajaran yang bermakna. Meskipun demikian, belajarnya itu tidak terjadi secara spontan, dan tetap juga memerhatikan potensi kemampuan anak. Implikasinya dalam pendidikan adalah bahwa perkembangan skema dan operasi yang baru akan muncul bila ada kesiapan, perlu distimulasi pada datu tingkat perkembangan yang lebih tinggi. Ini yang disebut plus-one-matching.
Paradigma baru ini telah membawa keuntungan bagi dunia pendidikan, terutama bagi pendidikan anak pintar dan berbakat luar biasa, sehingga dengan temuan tersebut, ada perubahan dalam pemikiran pembelajaran. Bila dahulu orang percaya bahwa kemampuan berpikir abstrak sangat tergantung pada umur dan perkembangan umur, kognitif seseorang, ternyata dengan paradigms barn ini bahwa hal tersebut juga tergantung pada pengetahuan yang sifatnya amat khusus dan pengalaman belajar dengan konten intelektual amat tertentu pula.Hal tersebut juga berlaku bagi perkembangan bahasa, karena seperti dikatakan di depan, bahasa adalah ungkapan dari perasaan dan fikiran seseorang. Meskipun ia masih pada fase intelektual praoperasional, ternyata ia sudah bisa juga berpikir logis dan berpikir abstrak, apabila ada bantuan yang khusus sesuai potensi yang ada padanya.
IMPLIKASI
Paradigma di alas memiliki implikasi luar biasa bagi perkembangan bahasa. Artinya, anak yang perkembangan bahasanya cepat, exposed pada "bantuan" yang meskipun tak tampak nyata, memperlihatkan lingkungan yang kondusif, dalam arti emosional positif. Setiap hambatan dalam perkembangan bahasa tersebut menunjuk pada gangguan emosional yang mungkin terjadi terkait dengan rasa takut, marah atau kesedihan tertentu.
Di dalam kebudayaan kita berbagai emosi kita diharapkan untuk dikendalikan atau ditekan, tidak ditampilkan. Namun, pengalaman emosional mengalir sebagai suatu arus yang terus-menerus terjadi, mencakup semua faset maupun fase perkembangan seseorang, sehingga hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan bahasanya.
Karena itu, apabila orang tua atau guru hendak membantu anak dalam perkembangan bahasanya, maka pertama-tama ia harus membelajarkan anak memahami perasaannya sendiri. Artinya, anak harus diajarkan keberanian untuk tidak lari dari kenyatan berkenaan dengan perasaanya, melainkan mendalami pemahaman perasaanya. Perkembangan bahasa anak terjadi dengan baik dalam suasana di mans orang yang penting (significant) bagi anak memiliki pemahaman tentang emosi di anak itu, maupun emosinya sendiri.
Dengan demikian, secara timbal balik perkembangan bahasa memengaruhi kehidupan intelektual anak dan kehidupan intelektual yang tersulut minatnya juga akan menambah perbendaharaan dan pengertian bahasa anak.
Kehidupan intelektual adalah ekspresi dari kemampuan yang disebut intelegensi, dan inteligensi itu adalah kemampuan umum untuk meningkatkan kemampuan tersebut (Clark, 1986). Memaksimalkan perkembangan inteligensi anak, jadi berarti, mendetek face perkembangan intelektualnya dan menyulur minatnya pada zone of proximal development.
DAFTAR BACAAN
- Clark, B. 1986. Growing Up Gifted, Columbia, USA: CE Merril Publishing Co.
- Good, T.L. dan J.E. Brophy. 1990. Educational Psychology. Fourth Edition. New York, USA: Longman.
- Jersild. 1976. Child Psychology, Seventh edition. USA: Prentice Hall.
- Tagle. 1990. A "Genius," in Every Child: The Paradigms Shift of Integrative Learning in Education and Productivity. Innotech Journal, Vol. XVI No. 1, January-June 1992. ISSN 0115-7418.
- Vigotsky, L.S. 1978. Mind in Society: The Development of Higher Psychological Processes. USA: Harvard College.